Ketua Pemerhati Holtikultura Banyuwangi, Eko Mulyanto memaparkan,
durian merah sudah ada sejak zaman kerajaan, namun baru dipublikasikan
pada tahun 1997.
"Tahun 1997 itu kita publikasikan. Awalnya itu
Serad (warga Desa Kemiren), di kebun rakyat, (kebun) itu warisan nenek
moyangnya. 1997 itu awal dipublikasi. Dari zaman kerajaan, Blambangan
itu sudah ada," kata Eko kepada merdeka.com, Sabtu (28/3).
Meski
awalnya satu pohon durian merah di Desa Kemiran, namun rupanya di
Banyuwangi ada beberapa jenis durian merah yang tumbuh di tempat lain,
yaitu ada di Kecamatan Songgon dan Desa Kampung Anyar Kecamatan Glagah.
Awal
pengembangan durian merah, menurut Eko, telah dilakukan sejak Tahun
2007 dan waktu itu hanya tiga pohon yang produktif. Di Tahun 2014, sudah
berkembang 200 pohon yang bisa dipanen tiap tahun. "Penyebaran pohon
durian merah ada di lima kecamatan yaitu Songgon, Glagah, Kalipuro,
Licin dan Giri," jelasnya.
Untuk menjaga agar durian merah
Banyuwangi tidak kehilangan identitasnya sebagai ikon daerah, setiap
pengiriman bibit keluar daerah dilakukan pencatatan di hadapan notaris.
Seiring
perkembangan penyebarannya, dari 200 pohon itu ada 62 varian durian
merah asli Banyuwangi yang berhasil dikembangkan dan tersebar di lima
kecamatan. Namun yang sudah diumumkan ke publik baru 32 jenis sedangkan
yang bisa dikonsumsi buahnya hanya 25 jenis.
"Yang lain dagingnya
masih tipis jadi masih dikembangkan. Sedangkan jenis yang layak masuk
dalam kategori internasional ada 11 jenis varian," imbuhnya.
Menurutnya,
ada beberapa syarat untuk bisa masuk ke kategori internasional, yaitu
berat standar antara 1,5 sampai 2 kg, tahan antara dua sampai tiga
minggu dan masih dalam kondisi baik saat dibekukan.
Dari 62
varian tersebut, durian merah Banyuwangi dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan warna daging buahnya. Pertama adalah durian merah
bocking yang seluruh dagingnya berwarna merah.
Yang kedua durian
merah pelangi yang dagingnya berwarna merah dan kuning, serta yang
terakhir durian grafika yang dagingnya berwarna kuning, putih dan merah.
"Ketiganya bisa dibedakan dari pohonnya dan daunnya memiliki kekhasan
masing-masing."
Dijelaskannya, budidaya durian membutuhkan waktu
antara tujuh sampai 12 tahun, baru bisa dipanen. Pelestarian durian
merah Banyuwangi dilakukan dengan cara penanaman bibit baru durian.
Sedangkan
untuk pengembangan bibit durian merah di Banyuwangi, dilakukan dengan
berbagai cara, seperti melakukan penelitian untuk percepatan bibit.
Percepatan
bibit durian merah itu menurut Eko, dilakukan dengan cara menyambung
batang induk durian biasa dengan batang durian merah. Cara ini bisa
mempercepat pohon durian berbuah dari 12 tahun menjadi hanya lima tahun.
Selain
itu percepatan juga dilakukan dengan cara top working, yaitu pohon
durian besar disisipi dengan bibit durian merah. Dengan cara seperti
ini, maksimal tiga tahun kemudian sudah bisa dipanen.
Harga
durian merah juga cukup lumayan. Paling murah dibanderol Rp 120.000
sampai Rp 300.000 per buah. Sedangkan untuk bibitnya, dijual dengan
harga bervariasi sesuai tinggi bibit.
Untuk bibit durian merah
yang tingginya sekitar 30 cm, harganya berkisar Rp 75.000, sedangkan
bibit yang tingginya di atas 60 cm sampai 1 meter, dibanderol Rp
200.000. Untuk yang tingginya lebih dari 1,5 meter harganya mencapai Rp
1,5 juta.
Sumber : www.merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar