Jumat, 24 April 2015

Perkembangan Durian Merah Banyuwangi

Ketua Pemerhati Holtikultura Banyuwangi, Eko Mulyanto memaparkan, durian merah sudah ada sejak zaman kerajaan, namun baru dipublikasikan pada tahun 1997.

"Tahun 1997 itu kita publikasikan. Awalnya itu Serad (warga Desa Kemiren), di kebun rakyat, (kebun) itu warisan nenek moyangnya. 1997 itu awal dipublikasi. Dari zaman kerajaan, Blambangan itu sudah ada," kata Eko kepada merdeka.com, Sabtu (28/3).

Meski awalnya satu pohon durian merah di Desa Kemiran, namun rupanya di Banyuwangi ada beberapa jenis durian merah yang tumbuh di tempat lain, yaitu ada di Kecamatan Songgon dan Desa Kampung Anyar Kecamatan Glagah.

Awal pengembangan durian merah, menurut Eko, telah dilakukan sejak Tahun 2007 dan waktu itu hanya tiga pohon yang produktif. Di Tahun 2014, sudah berkembang 200 pohon yang bisa dipanen tiap tahun. "Penyebaran pohon durian merah ada di lima kecamatan yaitu Songgon, Glagah, Kalipuro, Licin dan Giri," jelasnya.

Untuk menjaga agar durian merah Banyuwangi tidak kehilangan identitasnya sebagai ikon daerah, setiap pengiriman bibit keluar daerah dilakukan pencatatan di hadapan notaris.

Seiring perkembangan penyebarannya, dari 200 pohon itu ada 62 varian durian merah asli Banyuwangi yang berhasil dikembangkan dan tersebar di lima kecamatan. Namun yang sudah diumumkan ke publik baru 32 jenis sedangkan yang bisa dikonsumsi buahnya hanya 25 jenis.

"Yang lain dagingnya masih tipis jadi masih dikembangkan. Sedangkan jenis yang layak masuk dalam kategori internasional ada 11 jenis varian," imbuhnya.

Menurutnya, ada beberapa syarat untuk bisa masuk ke kategori internasional, yaitu berat standar antara 1,5 sampai 2 kg, tahan antara dua sampai tiga minggu dan masih dalam kondisi baik saat dibekukan.

Dari 62 varian tersebut, durian merah Banyuwangi dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan warna daging buahnya. Pertama adalah durian merah bocking yang seluruh dagingnya berwarna merah.

Yang kedua durian merah pelangi yang dagingnya berwarna merah dan kuning, serta yang terakhir durian grafika yang dagingnya berwarna kuning, putih dan merah. "Ketiganya bisa dibedakan dari pohonnya dan daunnya memiliki kekhasan masing-masing."

Dijelaskannya, budidaya durian membutuhkan waktu antara tujuh sampai 12 tahun, baru bisa dipanen. Pelestarian durian merah Banyuwangi dilakukan dengan cara penanaman bibit baru durian.

Sedangkan untuk pengembangan bibit durian merah di Banyuwangi, dilakukan dengan berbagai cara, seperti melakukan penelitian untuk percepatan bibit.

Percepatan bibit durian merah itu menurut Eko, dilakukan dengan cara menyambung batang induk durian biasa dengan batang durian merah. Cara ini bisa mempercepat pohon durian berbuah dari 12 tahun menjadi hanya lima tahun.

Selain itu percepatan juga dilakukan dengan cara top working, yaitu pohon durian besar disisipi dengan bibit durian merah. Dengan cara seperti ini, maksimal tiga tahun kemudian sudah bisa dipanen.

Harga durian merah juga cukup lumayan. Paling murah dibanderol Rp 120.000 sampai Rp 300.000 per buah. Sedangkan untuk bibitnya, dijual dengan harga bervariasi sesuai tinggi bibit.

Untuk bibit durian merah yang tingginya sekitar 30 cm, harganya berkisar Rp 75.000, sedangkan bibit yang tingginya di atas 60 cm sampai 1 meter, dibanderol Rp 200.000. Untuk yang tingginya lebih dari 1,5 meter harganya mencapai Rp 1,5 juta.

Sumber : www.merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar